Cerita Seks | Akibat Merusak Gagang Pintu

Perkenalkan namaku Andi, usiaku 19 tahun dengan tinggi badan 172 cm dan berat 68 kg. Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Adikku ada 2 orang perempuan yg pertama yaitu Sekar 16 tahun duduk di Kelas 2 SMA dan yg paling kecil Widya 10 tahun duduk di Kelas 4 SD. 

Kami sekeluarga tinggal di Kota Solo dan saat ini aku sedang menempuh pendidikan tinggi di PTN ternama di Kota Liwet ini. Ayahku bernama Gatot berusia 47 tahun berkulit kecoklatan dengan postur 170 cm dan berat 67 kg adalah seorang kontraktor proyek yg sering keluar kota untuk menangani pembangunan jalan, jembatan, irigasi dll. 

Ibuku sendiri bernama Ratna berusia 44 tahun berkulit putih bersih, berwajah cantik nan ayu khas wanita Jawa dengan postur yg cukup tinggi untuk ukuran wanita Asia yaitu 168 cm, berat 70 kg dan ukuran payudara 36B. Beliau bekerja dengan membuka toko jamu yang letaknya tak jauh dari rumah kami.

Sejak kecil yang aku tahu bahwa Ibuku kerjanya adalah menjual jamu di toko jamu kami yang dibangun tak jauh dari rumah, sementara rumah kami agak masuk kedalam gang. Ibuku mendapatkan ilmu meracik jamu dari Eyang putriku yang dulunya juga pedagang jamu dan masih keturunan ningrat Solo. 

Setelah Eyang Putriku meninggal, Ibuku pun membuka usaha toko jamu untuk melestarikan resep jamu turun-temurun Almarhumah Eyang Putriku dan juga menambah pendapatan keluarga kami. 

Sebenarnya aku terkadang merasa malu dengan pekerjaan Ibuku sebagai penjual jamu itu, namun ada satu hal yang membuat aku sedikit aneh sejak aku memasuki usia remaja sebagaimana yang aku lihat dan apa yang dikatakan oleh orang-orang 'dewasa' bahwa Ibuku selalu terlihat cantik dan awet muda, yang menurut mereka karena teratur minum jamu.
Memang kalau aku lagi membantu Ibu melayani pembeli di toko jamu sering aku liat para " lelaki buaya" menggoda Ibuku bila Ayahku tidak ada disitu, Apalagi ayahku bekerja sebagai kontraktor proyek jadi jarang mangkal dirumah. 

Rasa aneh itu yaitu aku cinta pada Ibuku yang cantik dan montok itu. Sehingga sekarang usiaku memasuki 19 tahun rasa cinta itu semakin besar melebihi rasa cinta kepada pacarku Nita yang satu kampus denganku. 

Entah mungkin karena aku lumayan ganteng sehingga urusan pacar mudah didapat, namun aku selalu penasaran dengan Ibuku yang keliatan 'kalem' terhadapku, karena menurutku sebagai wanita dia setidaknya tergoda dengan ketampananku, namun sepertinya dia tidak tergoda sama sekali. 

Inilah membuat aku tergila-gila memikirkan bagaimana supaya 'mendapat cinta' Ibuku. Aku tidak pernah mengatur strategi untuk mendapatkan pacar tetapi untuk bisa menggauli Ibuku, aku sampai 'berkonsultasi' dengan seorang lelaki tua yang berpengalaman yang kebetulan akrab denganku, pokoknya dia pintar menurutku, dia memang berpendidikan.

Mengikuti nasehat orang yang berpendidikan itu, pada hari minggu aku sibuk sendiri dirumah, tidak mau seperti biasanya ikut membantu pekerjaan diwarung. Setelah merasa aman aku mulai membongkar 'handle' (gagang, pegangan pembuka) pintu kamar mandi, dengan tujuan untuk merusak gagang itu atau agar tidak bisa berfungsi untuk mengunci. 

Setelah dirusak lalu dipasang lagi. Meskipun aku begitu nekat namun aku begitu takut rencanaku gagal dan menjadi masalah besar, karena selama ini yang menghalangi aku untuk bisa menggoda Ibuku yaitu selalu ada 2 adik perempuanku yang berumur 16 dan 10 tahun di sekitar itu. 

Aku takut mereka melihat dan menceritakan kepada ayah, meskipun ayah selalu pulang malam-malam dan kadang dalam keaadan mabuk. Jadi yang aku pikir sekarang bagaimana supaya aman dari adik-adikku kalau aku berhasil menggauli ibuku nanti. 

Sorepun tiba, 2 adikku itu pulang duluan, seperti biasa dan sebagaimana yang aku harapkan keduanya pun langsung mandi, setelah itu mengambil makan malam yang sudah disediakan Ibu sebelum dia pergi ke toko.

Kini aku lagi yang pergi ke toko jamu Ibuku untuk membantunya, namun sepertinya tidak ada kesempatan bagiku untuk bisa menggoda ibuku yang lagi sibuk itu. Tetapi memang tujuanku pergi membantu Ibu di toko agar dia cepat pulang tepat pada waktu adik-adikku selesai makan, jadi mereka sudah sunyi sepi didalam kamar, sementara tidak seperti biasanya Ibu pulang hampir bersamaan Ayah pulang. 

Dengan segala bujukan aku berhasil membuat Ibu pulang cepat dan agak tepat seperti yang aku harapkan. Dan inilah saat yang dinanti-nanti tapi mendebarkan, yaitu disaat Ibu masuk ke kamar mandi untuk mandi. 

Dari kegelapan aku perhatikan nampaknya dia menyadari ada yang salah dengan gagang pintu kamar mandi, karena dia korak korek gagang itu beberapa kali, kemudian balik kekamar tidur, kembali kekamar mandi dengan membawa kain kemben. 

Setelah menunggu beberapa saat, kira-kira ibu sudah telanjang bulat didalam kamar mandi menurut perhitunganku, perlahan-lahan aku membuka pintu kamar mandi. Ibu kaget, langsung bertanya:
"Ada apa?" Dengan membuka kedua tanganku kearah ibu aku bermohon: "Tolong bu.."
"Memangnya, kamu kenapa?" Ibu nampak keheranan. 

Ternyata Ibu tidak telanjang saat itu, dia membalut tubuhnya dengan kain kemben yang dibawa dari kamar tadi. Aku sedikit sadar mengapa Ibu mandi berbalut kain seperti itu, untuk mengantisipasi kalau ada yang tiba-tiba masuk kamar mandi yang pintunya tidak bisa dikunci itu. "Bu.." dalam keadaan gugup aku langsung memeluk dan mencium lehernya. 

Awalnya aku hanya mencium leher dan anting-anting emas di telinganya, karena memang aku tidak berani memandang wajah Ibuku, dan tidak berani 'berbuat' terlalu liar, namun setelah aku merasa Ibu mulai menikmati dan pasrah, berlahan-lahan aku coba melepas kain kemben yang membalut tubuh Ibuku. 

Entah mungkin karena dari kecil sudah tertanam dalam benakku untuk mengagumi Ibuku, sehingga apa yang ku lihat saat itu terasa sungguh luar biasa. Tubuh Ibuku padat berisi tidak seperti pacarku yang kurus. Ibu tersenyum sambil melebarkan pahanya untuk menunjukkan vagina yang berotot, gundul dan kemerah-merahan.

"Nak.." suara Ibu mendesah.
"Ibu lanjutin mandinya dulu ya, nanti kita lanjut di kamar, liat pintu itukan rusak kuncinya" Ibu menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaannya. Akhirnya aku pun keluar dari kamar mandi dan memberikan kesempatan pada Ibu untuk menyelesaikan acara mandinya.

Aku pun menunggu Ibu sambil duduk di kamar tidurnya. Selama menunggunya, aku pun mengelus-elus kontolku yg sudah sangat tegang ini. Tak berapa lama kemudian Ibuku pun masuk ke dalam kamar dengan memakai kemben menutupi dadanya dan juga handuk di kepalanya. Di tangan Ibuku kulihat ia membawa dua gelas jamu di tangannya. Sambil tersenyum dia memberikan gelas jamu itu kepadaku.

"Nak minum gih, ini Ibu buatin jamu buat kamu".
"Jamu apa ini Bu?"
"Udah minum aja, ini biar kamu tambah seger".
"Iya Bu".

Aku pun meminum jamu yg diberikan Ibu kepadaku. Kurasakan jamu itu agak pahit namun lumayan menyegarkan. Ibuku pun juga meminum jamu yg ada di tangannya. Setelah meminum jamu tersebut tak berapa lama kemudian badanku terasa hangat. 

Bukan itu saja tapi kontolku pun juga ikut mengeras seperti batu. Di lain pihak Ibuku yamg sedang bercermin sudah melepaskan kain kemben yang melilit tubuhnya dan handuk yg menutupi rambutnya membuat payudaranya yang putih nan montok itu bergoyang bebas. 

Rambutnya yang hitam dan panjang itu pun tergerai bebas dengan indah membuatku sulit untuk menahan diri. Aku pun memberanikan diri untuk bangkit dan menghampiri Ibuku yang sedang bercermin. 

Dengan cepat aku memeluk Ibu dari belakang sambil memegangi perutnya yang putih mulus. Kulihat di cermin Ibuku tersenyum sambil memejamkan mata menikmati elusan dari tanganku di area perutnya. Tak berapa lama Ibuku pun membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku sambil tersenyum manis.

"Udah gak tahan ya anak Ibu ini?"
"Iya Bu, abis minum jamu tadi aku ngerasa bergairah banget kepengen ngentot sama Ibu".
"Husshh... Kamu ini ngomongnya kok kasar sih. Itu jamu kuat nak supaya kamu nanti kuat mainnya".

"Kenapa Ibu mau ngelakuin hal ini sama aku?"
"Ibu kesepian nak, Ayahmu jarang pulang apalagi belakangan ini dia suka pulang dalam keadaan mabuk-mabukan. Ibu jadi sedih liat kelakuannya". 

Mata Ibu berkaca-kaca.
Mendengar itu aku pun memeluk Ibuku dengan erat kali ini dari depan. Kurasakan payudara montoknya menempel ketat di dadaku. 

Setelah itu aku pun membuka baju dan celanaku hingga telanjang total. Kulihat Ibuku takjub melihat kontolku yang berukuran 17 cm dengan diameter 3,5cm. Ibuku pun langsung menjilati kontolku hingga membuatku merem melek keenakan.

"Slurp Slurp Slurp". Begitulah hisapan mulut Ibu pada penisku. 10 menit kemudian nafsuku pun makin tak terkendali. Aku pun meminta Ibu berhenti mengulum kontolku dan mulai menuntunnya menuju ranjang.

Sampai di ranjang, aku pun menelentangkan tubuh Ibuku dan mulai menjilati memeknya yg sudah sangat basah. 5 menit kemudian aku pun menyudahi jilatan pada memeknya dan mulai menindih tubuh Ibuku. Saat menindih aku pun mulai berciuman mesra dengan Ibuku sambil saling memainkan lidah kami. 

Kurasakan tangan Ibuku mulai memegang kontolku dan mengarahkannya ke lubang memeknya. Saat lubang kontolku tepat berada di pintu memeknya, aku pun berusaha menekannya supaya bisa masuk ke dalam. Setelah mencoba beberapa kali akhirnya BLESS BLESS BlESS SREET SREET! Masuklah kontolku ke dalam memek Ibuku. 

Gila memeknya sempit sekali! Mungkin ini akibat dari kebiasaannya yang suka minum jamu yang membuat memeknya mengempot-empot seperti ini.
"Ahh Bu, sempit banget punyamu, aku bisa cepet keluar ini".
"Pelan-pelan nak, nikmatin tubuh Ibu sepuasmu".
"Ahh Ahh Plak Plok Plak Plok Plak Plok!"

Sepanjang persetubuhanku dengan Ibuku, aku pun menciumi seluruh tubuh Ibuku dari bibir, pipi, leher dan anting-anting emas di telinganya. Aku merasa sangat bergairah sekali malam ini. Memek Ibuku yang sempit ini begitu membuatku ketagihan padanya. 

Sepertinya ini yang dinamakan orang-orang sebagai jurus empot ayam. Memeknya terasa sangat menjepit dan meremas-remas kontolku hingga membuatku merem melek menikmatinya.

15 menit kemudian kurasakan aku sudah tidak tahan lagi. Kupercepat sodokanku pada memeknya hingga menyentuh benda kenyal di ujung memeknya. Oh inikah yg disebut dengan rahim? Tempat dimana aku dan kedua adikku pernah bersemayam selama 9 bulan. Karena sudah di ujung tanduk aku pun bilang pada Ibuku.

"Bu, aku mau keluar, mau dimana keluarinnya Ohh Ohh Ohh Ohh!".
"Di dalem aja nak, puaskan nafsumu Ohh Ohh Ohh!".
"Ohh aku gak tahan lagi Bu Ohh Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!" Kusemprotkan spermaku belasan kali ke dalam rahimnya.
"Panas banget pejuhmu nak Ahh Ahh Ibu juga keluar CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!" Kata Ibuku yang juga telah menjemput orgasmenya. Setelah itu aku pun ambruk menindih tubuh Ibuku karena kelelahan.

"Makasih Bu, aku puas banget malem ini".
"Ibu juga puas nak, punyamu gede banget udah gitu pejuhmu panas banget lagi di rahim Ibu". Kata Ibuku sambil mengusap-usap kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Bu, gak papa nih kalo aku keluar di dalem rahim Ibu? Nanti kalo Ibu hamil anakku gimana?" Tanyaku sambil memeluk tubuhnya.

"Kalo Ibu maunya hamil dari kamu gimana dong?" Tanya Ibuku dengan tersenyum sambil menggodaku.
"Ya gimana ya Bu hhmm". Kataku bingung.
"Hihihi kamu nih takut ya kalo Ibu hamil? Tenang sayang kalo Ibu hamil ya gak apa-apa toh kan masih ada Ayahmu. Palingan orang-orang nganggep Ibu hamil dari benihnya Ayah". Tawa Ibuku sambil menenangkanku yang gelisah tadi. Mendengar penjelasan Ibuku aku pun menjadi tenang.

10 menit sudah aku beristirahat sambil menindih Ibuku. Selama itu kami saling menciumi wajah dan juga mengusap kepala masing-masing. Saat dalam posisi yang sangat dekat nan intim ini, anting-anting emas di kedua telinga Ibuku membuatnya semakin terlihat cantik dan mempesona. Lama-kelamaan entah kenapa kontolku mengeras melihat anting-anting emas Ibuku. Karena merasakan kontolku mengeras Ibuku pun tersenyum dan mulai berbicara.

"Tititmu kok tambah keras sayang? Nafsu lagi ya sama Ibu". Tanya Ibuku sambil mengusap kepalaku.
"Gak Bu, cuman hhmm... Ibu keliatan lebih cantik kalo pake anting-anting ini CUPP CUPP". Kataku sambil mencium anting-anting di kedua telinganya.
"Tapi kok kamu ngomongnya gugup gitu udah gitu tititmu keras terus denyut-denyut gitu di tempik Ibu?" Tanya Ibuku lembut.

"Hmm itu...itu...".
"Udah, Ibu tau kok kamu ngeres kan liat Ibu pake anting-anting ini? Dari tatapan matamu sama denyutan tititmu aja Ibu udah tau kok kamu lagi ngeres". Kata Ibuku sambil membelai wajahku dengan senyuman manis.
"Maaf Bu..." Kataku menunduk malu.
"Gak perlu minta maaf sayang, itu normal kok buat laki-laki kayak kamu. Ibu bakal tetep pake anting-anting ini buat nyenengin kamu CUPP". Balas Ibuku sambil mengangkat kepalaku yang sedang tertunduk lalu mencium bibirku dengan lembut.

Mendengar ucapan dari Ibuku itu aku pun mulai bernafsu untuk menggaulinya di Ronde kedua ini. Pelan-pelan kembali kugerakkan kontolku keluar-masuk di memeknya. Ronde kedua kali ini aku lebih sering menjilat dan menghisap kedua payudaranya yang besar, putih nan montok itu. Ohh wanita ningrat ini sungguh menggairahkan. Kendati dia adalah Ibuku sendiri namun hal itu tidak menyurutkan nafsu birahiku padanya. Kali persetubuhan kami berlangsung lebih lama dari ronde sebelumnya.

"Ohh Ohh Ohh nikmat Bu nikmat Ohh Ohh Ohh".
"Ohh Ohh Ohh iya sayang Ibu juga ngerasa nikmat banget Ohh Ohh jangan berhenti ya sayang Ohh Ohh Ohh".

Kami berdua pun mulai mencoba posisi selain misionaris seperti doggie style, posisi pangku berhadapan, miring dan lainnya. Namun jujur aku lebih menyukai misionaris dan posisi pangku berhadapan karena dengan posisi itu aku bisa bebas memainkan payudara dan anting-anting Ibuku. 30 menit berlalu, kurasakan pejuhku sudah mulai terasa akan keluar. 

Kupercepat sodokanku pada memek Ibuku dalam posisi misionaris ini dengan sangat brutal hingga membuat payudara dan anting-antingnya bergoyang-goyang. Saat akan keluar aku pun berteriak pada Ibuku.
"Bu aku mau keluar, terima pejuhku Ohh Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!"
"Ibu juga sayang Ahh Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!"
Akhirnya kami pun ambruk karena kelelahan.

Sepanjang malam ini, aku sudah menyetubuhi Ibuku sebanyak 5 ronde. Pengaruh jamu yang diberikan Ibuku tadi memang luar biasa. Staminaku terdongkrak berlipat-lipat ganda. Kami pun melakukan hingga menjelang pagi. Sewaktu ronde terakhir selesai karena saking kelelahannya aku pun ambruk menindih tubuh Ibuku dan setelah itu mataku gelap dan akhirnya aku tertidur dalam posisi menindih tubuhnya dari atas dan kontolku yang masih terhunus di dalam memeknya.

Posting Komentar

0 Komentar